breaking news Baru

Dua Pelajar SMP di Lampung Tengah Menjadi Korban Perundungan Usai Kegiatan MPLS

Lampung Tengah, buanainformasi.tv -  Dua pelajar kelas 7 SMP di Lampung Tengah menjadi korban perundungan (bullying) usai kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Kejadian yang dialami MF (13) dan FR (13) dilakukan oleh 3 orang kakak kelasnya di sebuah SMP negeri di Kota Gajah, Lampung Tengah berinisial RZL (13), YNG (13), dan ARF (13), Rabu (17/7/2024).

Kapolsek Punggur Lampung Tengah AKP Feriyantoni mengatakan, kasus tersebut sudah ditangani Polsek Punggur dan telah dilakukan mediasi oleh jajaran Polsubsektor Kota Gajah.

"Benar, terjadi aksi bullying dialami 2 murid baru di perkebunan sawit wilayah setempat," katanya, Kamis (18/7/2024).

"Kasus tersebut sudah kami selesaikan melalui mediasi, kedua belah pihak sepakat berdamai secara kekeluargaan," imbuh kapolsek.

Kapolsek menjelaskan, kronologi kejadian bermula pada Rabu kemarin sekira pukul 12.00 WIB, saat korban FR dan MF baru selesai mengikuti MPLS.

Korban FR dan MF sudah pulang ke rumahnya masing-masing, namun dia dijemput pelaku ARF, RZL dan YNG untuk diajak ke kebun sawit Dusun Purwokerto, Kampung Kotagajah Timur, Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah. 

Setiba di lokasi sekira pukul 13.00 WIB, ujar kapolsek, keduanya dipaksa melakukan duel, padahal MF dan FR tidak punya masalah apapun.

"Di kebun sawit, FR dipaksa berkelahi dengan MF oleh ketiga orang siswa kelas VIII dan kelas IX itu tanpa alasan," ujar kapolsek.

"Selain dipaksa berkelahi, keduanya diancam untuk membeli sebungkus rokok dan dimintai sejumlah uang jika menolak berkelahi," imbuh kapolsek.

Feriyantoni melanjutkan, kedua anak kelas 7 itupun terpaksa berkelahi karena tekanan dan ancaman dari kelas IX.

Dikatakan kapolsek, perkelahian itupun ditonton ketiga pelaku dan ARF merekamnya menggunakan ponsel hingga videonya tersebar.

Video itupun sampai ke jajaran Polsek Punggur dan membuat Feriyantoni melakukan upaya penyelesaian pada Kamis (18/7/2024) pukul 09.00 WIB.

"Personel Polsek Punggur gelar rembuk problem solving (mediasi) bersama Kepala Sekolah SMPN 2 Kotagajah, orangtua murid di sekolah tempat kelima anak itu belajar," ujarnya.

"Kedua belah pihak akhirnya sepakat berdamai dan membuat surat pernyataan tanpa tuntutan," katanya.

Dalam hal ini, Feriyantoni mengimbau kepada seluruh orangtua agar mampu mengawasi dan menghindarkan anaknya dari aksi bullying.

Sebab, katanya, selain merugikan orang lain, aksi tersebut jika dibiarkan akan berdampak buruk pada mental anak.

Sehingga, tak jarang korban bullying justru akan menjadi pelaku, yang nanti akan melakukan hal serupa kepada anak-anak dibawahnya.

Jika dibiarkan, hal buruk itu akan terus terulang dan menjadi mata rantai yang sulit untuk dituntaskan.

"Aksi bullying atau perundungan jelas melanggar hukum, dimohon untuk orangtua untuk mengawasi dan jangan biarkan anak terjebak dalam pergaulan buruk yang tidak terpuji tersebut," ujar kapolsek.

"Peran sekolah pun penting disini, karena sekolah adalah rumah kedua dan guru adalah orangtua murid dan wajib mendidiknya," tukasnya. (**/red)