Gaza City, buanainformasi.tv - Hamas melontarkan ancaman terbaru terhadap Israel terkait rencananya melancarkan serangan darat ke kota Rafah di ujung selatan Jalur Gaza, yang dipenuhi para pengungsi Palestina. Hamas memperingatkan bahwa serangan ke Rafah akan mengancam perundingan soal pembebasan sandera Israel yang masih ditahan.
Setiap serangan yang dilancarkan pasukan pendudukan (Israel) ke kota Rafah akan merusak perundingan soal pertukaran (sandera-tahanan)," tegas salah satu pemimpin senior Hamas, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (12/2/2024).
Pernyataan Hamas itu disampaikan pada Minggu (11/2) waktu setempat ketika Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu berjanji untuk memperluas operasi militer Israel di Jalur Gaza yang berlangsung sejak Oktober tahun lalu.
Netanyahu sebelumnya mengatakan dirinya telah memberitahu pasukan Israel untuk bersiap memasuki kota Rafah, sebagai bagian dari tujuan mereka untuk menghancurkan Hamas karena melancarkan serangan mematikan pada 7 Oktober tahun lalu.
Rencana itu menuai reaksi keras, dengan sejumlah negara menyerukan agar Israel tidak menyerang Rafah, yang terletak dekat dengan perbatasan Mesir dan menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga sipil Palestina yang pengeboman Tel Aviv di wilayah lainnya di Jalur Gaza.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu Israel, dan kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan menyuarakan keprihatinan mendalam soal dampak serangan darat Tel Aviv terhadap warga sipil yang mengungsi di Rafah.
Sekitar 1,4 juta orang -- separuh dari total penduduk Gaza -- memadati kota Rafah, dengan banyak orang tinggl di luar bangunan atau di tenda-tenda dengan pasokan makanan, air dan medis semakin langka.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi AS, ABC News, yang disiarkan pada Minggu (11/2) waktu setempat, Netanyahu mengatakan bahwa pihak-pihak yang mendesak Israel untuk tidak mengerahkan pasukan darat ke Rafah secara efektif telah memberikan izin kepada Hamas untuk tetap tinggal di wilayah itu.
Berdasarkan kutipan wawancara yang dipublikasikan, Netanyahu menegaskan bahwa operasi ke Rafah akan terus berjalan "sambil menyediakan jalur aman bagi penduduk sipil sehingga mereka bisa pergi".
Hamas menyandera sekitar 250 orang sejak 7 Oktober tahun lalu, dengan otoritas Israel menyebut sedikitnya 132 sandera masih ditahan di Jalur Gaza dan sekitar 29 orang di antaranya diperkirakan sudah tewas.
Perundingan terbaru untuk gencatan senjata di Jalur Gaza digelar di Kairo, dengan Hamas terbuka untuk gencatan senjata termasuk kemungkinan pertukaran sandera Israel dengan tahanan perempuan dan anak-anak yang kini mendekam di penjara-penjara Israel.
Militer Israel telah sejak lama menggempur kota Rafah via udara, sedangkan pertempuran sengit terjadi di kota Khan Younis yang berjarak beberapa kilometer dari Rafah pada Minggu (11/2) waktu setempat. Koresponden AFP di lapangan melaporkan rentetan ledakan dan kepulan asap hitam di Khan Younis.
Dalam pernyataan terpisah, militer Israel mengatakan pasukannya melancarkan "serangan terarah" di area Khan Younis bagian barat, area yang dilaporkan Hamas menjadi lokasi bentrokan hebat.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan pada Minggu (11/2) waktu setempat bahwa sedikitnya 112 orang tewas dalam 24 jam terakhir di daerah kantong Palestina tersebut. Hamas menambahkan bahwa puluhan serangan udara menghujani Jalur Gaza, termasuk di Rafah.
Menurut laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, sedikitnya 28.176 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, tewas akibat rentetan serangan Israel selama beberapa bulan terakhir. (**/red)