Nasional, Buana Informasi TV - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan Starlink telah memenuhi izin untuk beroperasi menyediakan akses internet ke pelanggan akhir di Indonesia. Kominfo pun mengungkapkan perbedaan Starlink di Indonesia dengan global.
Sebagai informasi, Kominfo telah memberikan hak labuh satelit khusus non geostationer (NGSO) Starlink kepada Telkomsat pada pertengahan Juni 2022. Hak labuh tersebut berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tertutup Telkomsat.
Kini, konstelasi satelit milik Elon Musk itu memperluas layanannya dengan menyasar pelanggan akhir alias membidik pasar business to consumer (B2C).
Direktur Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika (Dirjen PPI) Kementerian Kominfo, Wayan Toni Supriyanto, mengungkapkan ada dua izin yang dikantongi oleh Starlink, yakni VSAT dan Penyelenggara Jasa Internet (ISP).
"Beda loh Starlink global dengan yang di Indonesia," ujar Wayan kepada awak media di Kementerian Kominfo, Jakarta, Rabu (3/4/2024).
"Mereka global, ya Starlink saja. Kalau Starlink Indonesia sebagai pemegang izin VSAT dan izin ISP. Nanti jadi dia seperti penyelenggara di Indonesia seperti lainnya," jelasnya.
Lebih lanjut, kata Wayan, Starlink Indonesia ini membeli perangkat pendukung untuk menyediakan akses internet ke masyarakat itu pakai perangkat Starlink global.
"Mereka beli perangkatnya ke Starlink global, beli internetnya ke Starlink global gitu. (Starlink Indonesia) jangan samakan dengan mereka, makanya harus membangun hub di sini," tutur Wayan.
Starlink merupakan proyek pengembangan konstelasi satelit yang dijalankan oleh perusahaan Amerika Serikat, yakni SpaceX. Elon Musk adalah sosok di belakang keberadaan perusahaan tersebut.
Berbeda dengan sistem komunikasi internet berbasis satelit lainnya, yaitu satelit GEO atau Geostationary Earth Orbit, Starlink ini berjenis satelit LEO atau Low Earth Orbit yang posisi orbitnya lebih rendah dengan ketinggian 500-1.200 kilometer dari permukaan Bumi.
Dengan jarak yang lebih dekat tersebut, Starlink menjanjikan latensinya lebih rendah dan diklaim kecepatan internetnya lebih ngebut. Adapun, untuk menikmati layanan Starlink ini, pengguna harus mempunyai perangkat penangkap sinyal atau receiver yang harganya cukup mahal. (**/red)