Nasional - Perusahaan mobil listrik Tesla saat ini sedang menghadapi berbagai macam kesulitan. Hal itu berimbas besar pada kekayaan pemimpinnya, Elon Musk.
Pada November 2021, sang CEO Tesla adalah orang terkaya di dunia menurut Bloomberg Billionaires Index, dengan harta tembus USD 340 miliar. Begitu besarnya kekayaannya saat itu sehingga sepertinya sulit untuk menyalipnya.
Akan tetapi ternyata makin hari, harta kekayaan Elon Musk makin berkurang. Bahkan pada saat ini, hartanya anjlok USD 176 miliar atau Rp 2.800 triliun, membuat dia 'hanya' memiliki kekayaan sekitar USD 164 miliar. Apa penyebabnya?
Dilansir Business Insider, Kamis (25/4/2024) pemicunya adalah harga saham Tesla yang semakin anjlok. Dari puncaknya senilai USD 415 di 2021, sekarang hanya bernilai USD 142, sehingga terjadi penurunan sekitar 66%.
Valuasi Tesla pun terpangkas habis, dari pernah bernilai USD 1,2 triliun, menjadi di bawah USD 450 miliar. Elon Musk sendiri memiliki 13% saham di Tesla sehingga naik turunnya harga saham perusahaan itu sangat berpengaruh pada hartanya.
Penjualan Tesla menurun dan baru-baru ini, ribuan karyawannya kena PHK. Nasib Musk pada tahun ini juga terbilang suram jika dibandingkan dengan rekan-rekannya di klub manusia terkaya. Dia menduduki puncak daftar orang kaya Bloomberg dengan kekayaan USD 229 miliar pada bulan Januari, namun kekayaan bersihnya anjlok sebesar USD 65 miliar atau 28% sejak saat itu.
CEO Tesla dan SpaceX ini kini menempati peringkat keempat dalam peringkat kekayaan, di belakang Bernard Arnault dari LVMH, Jeff Bezos dari Amazon, dan Mark Zuckerberg dari Meta.
Musk pun menjadi satu-satunya dari 11 orang terkaya di dunia yang kekayaan bersihnya merosot tahun ini. Dia kehilangan lebih banyak uang daripada siapa pun dalam daftar tersebut, termasuk Zuckerberg yang mengalami kenaikan USD 43 miliar.
Saham Tesla telah anjlok dalam beberapa bulan terakhir karena meningkatnya kekhawatiran terhadap perusahaan tersebut. Musk mengatakan kepada karyawannya bulan ini bahwa lebih dari 10%pegawai global perusahaan akan diberhentikan, yang menandakan permintaan kendaraan listrik melemah. (**/red)