Nasional, Buana Informasi TV - Israel membombardir wilayah Rafah di Jalur Gaza, Palestina. Korban jiwa pun berjatuhan akibat serangan mengerikan Israel.
Senin (12/2/2024), militer Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Rafah, Gaza, pada Senin (12/2) dini hari waktu setempat. Para jurnalis dan saksi AFP mendengar serangkaian serangan dan melihat asap mengepul di atas kota yang penuh sesak dengan pengungsi itu.
Hamas menyatakan serangan udara Israel tersebut menghantam 14 rumah dan tiga masjid di berbagai bagian di Rafah. Militer Israel mengklaim mereka telah 'melakukan serangkaian serangan terhadap target teror di daerah Shaboura di Jalur Gaza selatan'. Mereka mengklaim serangan tersebut telah selesai.
Sekitar 1,4 juta warga Palestina saat ini memadati Rafah yang terletak di sisi selatan Gaza dan berbatasan dengan Mesir. Banyak dari mereka yang tinggal di tenda-tenda, sementara makanan, air dan obat-obatan semakin langka.
Rafah adalah pusat populasi besar terakhir di Gaza yang belum dimasuki pasukan Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas di Israel itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan ratusan lainnya disandera.
Israel kemudian meluncurkan perang terhadap Hamas di Gaza. Serangan Israel ke Gaza telah menyebabkan lebih dari 27 ribu orang tewas dan ratusan ribu orang menjadi pengungsi.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, baru-baru ini memerintahkan agar pasukkan bersiap melakukan serangan darat di Rafah. Rencana Netanyahu tersebut menuai reaksi keras, dengan sejumlah negara menyerukan agar Israel tidak menyerang Rafah, yang terletak dekat dengan perbatasan Mesir dan menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga sipil Palestina.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu Israel, dan kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan menyuarakan keprihatinan mendalam soal dampak serangan darat Israel terhadap warga sipil yang mengungsi di Rafah.
Kementerian Kesehatan Hamas di Gaza mengatakan 100 orang tewas akibat rentetan serangan udara Israel di kota Rafah, Gaza pada Senin dini hari tersebut. Laporan senada disampaikan organisasi medis Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) yang menyebut anak-anak termasuk di antara mereka yang tewas akibat serangan 'sangat intens' dari Israel.
Senin (12/2/2024), PRCS mengatakan lebih dari 100 orang tewas akibat serangan udara Israel ketika pesawat tempur menargetkan berbagai wilayah di kota tersebut dan helikopter menembakkan senapan mesin di sepanjang wilayah perbatasan.
Ada kekhawatiran jumlah korban tewas akan bertambah lagi karena PRCS mengatakan orang-orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan masih banyak pesawat tempur di langit Rafah. Direktur Rumah Sakit Abu Yousef Al-Najjar mengatakan fasilitas medis di Rafah 'tidak dapat menangani banyaknya korban luka akibat bombardir pendudukan Israel'.
Militer Israel mengklaim pihaknya melakukan 'serangkaian serangan' terhadap apa yang dianggap mereka sebagai target di daerah Shaboura di Rafah. Mereka juga menyebut dua sandera Israel diselamatkan dalam 'operasi khusus' di kota tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel, Badan Keamanan Israel Shin Bet dan Polisi mengidentifikasi para sandera sebagai Fernando Simon Marman (60) dan Louis Har (70). Mereka disebut diculik oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu dari Kibbutz Nir Yitzhak.
"Mereka berdua dalam kondisi medis yang baik dan dipindahkan untuk pemeriksaan medis di rumah sakit Sheba Tel Hashomer," demikian pernyataan itu.
Juru bicara militer Israel, Danial Hagari, mengatakan kepada wartawan bahwa 'operasi rahasia' untuk mengamankan para sandera dimulai pada Senin pukul 01.49 waktu setempat dan serangan udara di Rafah diluncurkan satu menit kemudian.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Hamas mengutuk apa yang mereka sebut sebagai "pembantaian mengerikan" yang dilakukan Israel terhadap warga sipil di Rafah.
"Serangan militer Israel terhadap Rafah dan pembantaian mengerikan terhadap warga sipil yang tidak berdaya serta anak-anak, wanita, dan orang tua yang terlantar, dianggap sebagai kelanjutan dari perang genosida dan upaya pemindahan paksa yang dilakukan terhadap rakyat Palestina," kata Hamas. (**/red)