breaking news Baru

Tewaskan 3 Tentara AS, Drone Iran Makin Canggih Dan Berbahaya

Nasional, Buana Informasi TV - Drone tempur Amerika Serikat, telah memburu para militan dan para pemimpinnya selama lebih dari dua dekade, senjata utama yang memperkuat keunggulan Amerika di Timur Tengah. Namun ancaman mematikan dari drone kini juga dilancarkan oleh Iran.
Dalam serangan terhadap pos terdepan AS di Yordania, Iran dan sekutu milisinya menunjukkan mereka memiliki teknologi drone bunuh diri untuk mengalahkan pertahanan udara AS. Pesawat tak berawak itu menyerang Tower 22 dekat perbatasan Yordania dengan Suriah, menewaskan 3 tentara AS dan melukai sekitar 40 orang.

 

Rabu (31/1/2024) Gedung Putih menyalahkan kelompok militan yang didukung Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak. Iran membantah tudingan itu, tetapi AS sangat meyakininya.

Industri Iran kini memproduksi drone canggih seperti Shahed, yang digunakan oleh Rusia dalam invasi Ukraina. Iran juga membagikan beberapa sistem ini dengan jaringan milisi Poros Perlawanan di seluruh wilayah untuk membuat marah Amerika.

"Seiring dengan penyebaran teknologi drone-nya, Iran dengan terlalu murah hati membaginya dengan pasukan Poros Perlawanan di Irak, Yaman, Suriah, dan Lebanon," kata Arash Azizi, dosen sejarah dan ilmu politik di Clemson University.

"Tetapi hal ini telah menyebarkan bahaya konfrontasi karena pasukan ini tidak beroperasi di bawah komando Iran dan memiliki otonomi tertentu. Laju serangan yang dilakukan Houthi di Yaman dan sekarang milisi Irak yang juga beroperasi di wilayah Suriah tampaknya tidak berkoordinasi erat dengan Teheran," paparnya.

Meskipun milisi tersebut tetap setia kepada Iran dan bertindak di bawah bimbingan umum Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), menurut Azizi IRGC tidak memiliki komando sehari-hari atas tindakan mereka.

Serangan hari Minggu bukanlah pertama kali milisi menggunakan drone semacam itu untuk melawan pasukan AS. Oktober, lalu drone lain yang diluncurkan militan menghindari pertahanan udara AS di pangkalan mereka di Erbil, Kurdistan Irak, dan jatuh ke barak namun gagal meledak. Jika meledak, AS bisa saja menderita korban jiwa jauh lebih awal.

James Rogers, pakar drone, mengatakan pembunuhan AS terhadap komandan Pasukan Quds IRGC Qassem Soleimani oleh drone Reaper pada Januari 2020 adalah momen penting.

"Tak hanya situs militer dan diplomatik AS jadi target serangan sejak pembunuhan Soleimani, karena penyebaran drone tak terkendali, jumlah kelompok yang mampu melakukan serangan semacam itu bertambah," kata Rogers.

"(Dalam serangan itu) drone dikerahkan bersamaan dengan drone militer AS yang kembali, sehingga memungkinkannya mendekat tanpa terdeteksi. Drone kelompok-kelompok ini, seperti Samad atau Shahed, mematikan karena jangkauannya yang hampir 2.000 km dan presisi mematikan. Drone seperti ini, pada dasarnya, adalah sistem senjata tingkat militer negara," katanya. (**/red)