Nasional, Buana Informasi TV - Relasi antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan PDI Perjuangan (PDIP) dinilai sudah berakhir atau 'talak 3'. Anggapan ini muncul dari Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno yang mengaitkan absennya Jokowi dalam acara HUT PDIP dengan kondisi relasi kedua pihak.
Adapun HUT ke-51 PDIP akan digelar pada 10 Januari dengan mengusung tema 'Satyam Eva Jayate, Kebenaran Pasti Menang'. Acara itu nantinya akan dibuka dengan pidato politik Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Absennya Jokowi dalam acara HUT PDIP disampaikan oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Hasto mengatakan pihaknya sudah mendengar jika Jokowi akan menjalankan tugas negara ke luar negeri pada 10 Januari. Dia menekankan acara HUT ke-51 PDIP akan fokus menyatu dengan rakyat.
"Kami sudah mendapat informasi juga bahwa Pak Presiden Jokowi akan melaksanakan tugas negara dengan ke luar negeri di Filipina. Tapi watak kegiatan kali ini adalah turun ke bawah menyatu dengan rakyat itu sendiri," ujarnya, Sabtu (6/1/2024).
Adi menganalisis hubungan Jokowi dan PDIP terkini. Menurutnya, Jokowi dan PDIP sudah tak lagi satu pandangan politik.
"Pandangan Jokowi menghindari HUT PDIP mulai bermunculan. Namanya juga publik pasti punya tafsir yang liar. Terlepas dari itu, ini makin jadi penebal bahwa Jokowi tak lagi sehati, tak ladi sepemikiran, tak lagi bersama PDIP," ujar Adi kepada wartawan, Sabtu (6/1).
Menurutnya, publik sudah tahu bahwa begitu Gibran maju menjadi cawapres Prabowo, kebersamaan Jokowi dengan PDIP berakhir.
"Ketika Jokowi tak hadir HUT PDIP itu sama halnya Jokowi dan PDIP sudah talak 3 meski kata talak itu tak diucapkan. Kalau dilihat rata-rata bagi PDIP acara HUT itu sangat keramat dan sakral. Semua kader wajib hukumnya hadir," jelas Adi.
Adi menuturkan indikasi talak 3 sudah lengkap dari berbagai sisi. Dia pun menyinggung Jokowi sempat hangat makan malam bersama Prabowo.
"Pertama, Jokowi tak sejalan dengan keputusan PDIP dukung Ganjar maju pilpres 2024. Kedua, Jokowi tak diundang dan tak hadir saat Ganjar dan Mahfud deklarasi sebagai pasangan capres dan cawapres. Ketiga kemungkinan tak hadir HUT PDIP karena lebih mementingkan kunker (kunjungan kerja) ke luar negeri," tambah Adi.
"Sudah tak ada bantahan lagi, Jokowi sangat terlihat mendukung Prabowo ketimbang Ganjar. Apalagi beberapa waktu lalu, Jokowi terlihat hangat makan malam bersama Prabowo," terangnya.
Sepandangan dengan Adi, Relawan Pro-Jokowi (Projo) mengatakan relasi Jokowi dan PDIP memang sudah tampak jauh berubah sejak berbulan-bulan lalu.
"Jauh sebelum ini dibicarakan saya udah bicara urusan ini. Saya bilang relasi PDIP dengan Jokowi berubah sudah," kata Ketua Bapilpres Projo Panel Barus saat dihubungi, Minggu (7/1).
Panel menilai Jokowi sejak sekitar empat bulan lalu terlihat condong menaruh dukungan kepada capres nomor urut 2 Prabowo Subianto. Dia menyebut hal ini tampak sebelum pencalonan Gibran Rakabuming sebagai cawapres Prabowo.
"Kalau dari 4 bulan yang lalu saya pribadi dari Musra itu saya sudah ngomong kecenderungan Pak Jokowi itu ke Pak Prabowo. Itu sebelum urusan mengusung Gibran," katanya.
Menurut Panel, perubahan relasi ini menjadi kekhawatiran khusus bagi PDIP. Sebab, kata dia, hal itu bakal berdampak pada elektoral PDIP di Pemilu 2024
"Relasi yang berubah itu tentu dikhawatirkan PDIP akan mempengaruhi perolehan elektoral di Pemilu 2024. Karena terbukti di pemilu sebelumnya ketika Pak Jokowi sejalan dengan PDIP, elektoral PDIP mengalami kenaikan yang eksponensial. Jadi dengan perubahan relasi ini yang dikhawatirkan oleh PDIP adalah impact pada perolehan di 2024," ujar dia.
Politikus senior PDIP Hendarawan Suparatikno menilai anggapan 'talak' tersebut berlebihan'. Menurutnya, lebih elok jika memandang bahwa Jokowi kini memiliki sikap politik yang berbeda dengan partai yang membesarkannya.
"Jangan pakai istilah yang seram-seram. Lebih baik disebut, Jokowi punya sikap dan pilihan yang berbeda dari partai yang membesarkannya. Pilihan yang prosesnya panjang dan penuh dinamika," kata Hendrawan kepada wartawan, Minggu (7/1).
Hendrawan mengatakan perayaan ulang tahun PDIP tahun ini memang berbeda dari perayaan pada tahun-tahun sebelumnya. Namun, Hendrawan menegaskan bahwa partainya masih berada di dalam kabinet.
"HUT ke-51 PDIP memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini fokusnya rumah tangga akar rumput, bukan selebrasi atau retorika angan-angan. Kami diinstruksikan untuk bergerak ke bawah, ke konstituen partai, ke rakyat," ujar Hendrawan.
"Dinamika yang membawa pilihan politik berbeda. Kami juga masih di kabinet, bukan?" tegasnya.
Menurut Hendrawan istilah 'talak' cukup berlebihan karena terkesan ada dua pihak yang bermusuhan. Padahal, demokrasi yang berkembang di Indonesia, menurut Hendrawan kekeluargaan.
"Dalam demokrasi gotong royong, jangan menggunakan diksi atau narasi yang seram-seram, yang berlebihan, yang frontal konfrontatif," ucapnya. (**/red)