Nasional, Buana Informasi TV - International Monetar Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional mengatakan pemulihan ekonomi global melambat karena perang yang terjadi antara Israel dengan Hamas. Semakin melambatnya ekonomi ini memperparah kondisi yang sepenuhnya belum pulih akibat pandemi COVID-19 dan perang antara Rusia dan Ukraina.
Terjadinya perang antara Israel dan Hamas pada akhir pekan lalu, membuktikan kondisi global tidak dapat diprediksi. Hal ini juga mempengaruhi laju perekonomian di tengah ketidakpastian global.
Dalam Outlook Ekonomi Dunia terbarunya, IMF menggarisbawahi rapuhnya pemulihan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini diprediksi sebesar 3% dan sedikit menurunkan dari perkiraan. Kemudian untuk tahun 2024 menjadi 2,9%.
"Kami melihat perekonomian global sedang tertatih-tatih, dan belum berjalan dengan baik," kata Kepala Ekonom IMF, Pierre Olivier Gourinchas, dikutip dari The New York Times, Selasa (10/9/2023).
"Tema yang lebih luas di sini adalah fragmentasi geoekonomi, yang merupakan sesuatu yang sedang kita alami, dan kami melihat tanda-tandanya semakin meningkat, dan kami khawatir hal ini juga dapat memperlambat aktivitas ekonomi global," tambah dia.
Laju pertumbuhan ekonomi di berbagai belahan dunia juga telah melambat. Seperti perekonomian Eropa, di mana sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, pemerintah-pemerintah Eropa berusaha keras untuk melepaskan diri dari ketergantungan yang berlebihan pada gas alam Rusia.
Di 20 negara yang menggunakan euro atau di kawasan Eropa, IMF memperkirakan pertumbuhan akan melambat hanya 0,7% tahun ini dari sebelumnya 3,3% pada tahun 2022. Jerman, negara dengan perekonomian terbesar di Eropa, diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 0,5%
Suku bunga yang tinggi, inflasi yang terus-menerus, dan dampak kenaikan harga energi juga diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan di Inggris menjadi 0,5% tahun ini dari 4,1% pada tahun 2022.
Afrika Sub-Sahara juga mengalami perlambatan ini. Pertumbuhan diproyeksikan menyusut tahun ini sebesar 3,3 persen, meskipun prospek tahun depan lebih cerah, ketika pertumbuhan diperkirakan sebesar 4 persen.
Utang yang sangat besar juga membayangi banyak negara-negara di Eropa. Rata-rata utang saat ini berjumlah 60% dari total output di kawasan ini, dua kali lipat dibandingkan satu dekade yang lalu. Suku bunga yang lebih tinggi berkontribusi pada melonjaknya biaya pembayaran kembali.
World Bank juga mengatakan hal yang sama bahwa kondisi ekonomi dunia belum sepenuhnya pulih dari pandemi dan perang Rusia vs Ukraina. Sejauh ini sejumlah upaya dilakukan oleh pemangku kepentingan untuk menekan dampak anjloknya pertumbuhan ekonomi.
"Perekonomian berada pada kondisi yang sulit," kata Presiden World Bank, Ajay Banga.
Meski begitu, dia meyakini dampak dari perang Israel dan Hamas tidak begitu besar dibandingkan perang Rusia dengan Ukraina. Jika dilihat kembali dampak perang Rusia dan Ukraina meluas ke dampak meningkatnya harga minyak dan pangan.
Hal itu terjadi karena Rusia dan Ukrainam merupakan produsen minyak dan bahan pangan. Rusia sebagai produsen energi yakni minyak dan status Ukraina sebagai pengekspor utama biji-bijian dan pupuk.
Walaupun dinilai tidak akan separah dampak perang Rusia dan Ukraina, perang Israel dan Hamas wajib diwaspadai. Ancaman krisis tetap bisa terjadi sebagai dampak dari perang tersebut.
"Tetapi jika hal ini menyebar dengan cara apa pun maka hal ini akan menjadi berbahaya. Krisis dengan proporsi yang tidak dapat dibayangkan," tuturnya. (**/red)