Nasional, Buana Informasi TV - Bertempat di Istana Bogor, Jawa Barat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut tamunya, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Pertemuan kedua tokoh itu disebut membicarakan hal yang melampaui Pemilu 2024.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat (PD) SBY bertemu Jokowi Istana Bogor, Senin (2/10), kemarin lusa. Usai pertemuan, Jokowi sempat mengantar SBY ke mobil.
Dari salah satu pintu masuk Istana Bogor, tepatnya di Jalan Juanda (depan kantor Wali Kota Bogor), SBY terlihat keluar Istana pukul 17.44 WIB. Pertemuan antara SBY dan Jokowi berlangsung hampir satu jam.
Di waktu tersebut ada tiga orang terlihat keluar Istana Bogor. Ketiganya memakai baju batik lengan panjang. Dua dari tiga orang itu adalah SBY dan Jokowi.
Jokowi dan SBY keluar Istana secara berbarengan. SBY tampak berada di posisi tengah. Ketiganya tampak ngobrol saat keluar Istana sampai SBY memasuki mobil.
Pertemuan SBY dan Jokowi dikaitkan dengan isu reshuffle menteri Kabinet Indonesia Maju atau KIM. Jokowi kerap melakukan perombakan atau reshuffle kabinet pada Rabu Pon. Diketahui Rabu Pon jatuh pada 4 Oktober 2023.
Partai Demokrat membenarkan peristiwa pertemuan SBY dan Jokowi. Ditanya apakah pertemuan SBY dengan Jokowi itu membahas penawaran kursi menteri kabinet, Andi enggan menjawab gamblang.
"Ya benar. Pak SBY bertemu dengan Pak Jokowi di Istana Bogor," kata Ketua Bappilu Demokrat Andi Arief kepada wartawan, Selasa (3/10).
Meski begitu, Andi menyebut SBY tidak mewakili partai dalam pertemuannya dengan Jokowi. Menurut dia, pembicaraan dua tokoh itu lebih luas ketimbang perihal partai dan urusan pemilu.
"Itu pertemuan presiden yang pernah memerintah dan sedang memerintah. Bukan SBY sebagai majelis tinggi partai. Level pembicaraan beyond soal partai dan pemilu," kata dia.
Hal senada disampaikan Deputi Bappilu Partai Demokrat Kamhar Lakumani soal pertemuan SBY dan Jokowi. Kamhar menyebut pertemuan kedua tokoh sebagai bagian silaturahmi.
"Benar sore (kemarin lusa) ini ada silaturahmi kebangsaan antara Pak SBY dan Pak Jokowi. Pertemuan dua presiden, Presiden RI ke-6 Pak SBY dan Presiden Jokowi tentu yang dibicarakan terkait politik kebangsaan dan politik kenegaraan. Silaturahmi ini kami yakini akan memberi dampak positif membuat dinamika politik menjadi lebih teduh dan sejuk," ujarnya.
PDIP Nilai Bisa Bangun Stabilitas Politik
PDIP mengapresiasi Jokowi melakukan komunikasi dengan semua pihak. PDIP menilai pertemuan Jokowi dan SBY bisa membangun stabilitas politik.
"Ya nggak apa-apa, toh wong ketemu aja membangun silaturahmi bagus, berkomunikasi kan bagus ya. Jadi, apalagi beliau ini kan presiden sebelumnya, bagus. Kami apresiasi bahwa Pak Jokowi dapat berkomunikasi dengan berbagai pihak," kata Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat di gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Selasa (3/10).
Djarot mengatakan pertemuan Jokowi dan SBY dapat membangun stabilitas politik. "Tujuannya apa, tujuannya ya, kita di tahun politik ini kita bisa membangun stabilitas politik yang bagus," katanya.
Namun, Djarot mengaku tidak mengetahui apa isi pembicaraan Jokowi dan SBY itu. Dia mengaku belum mendengar soal isu reshuffle kabinet yang mencuat buntut pertemuan tersebut.
"Waduh kalau itu saya tidak tahu ya," ujar dia.
Gerindra Anggap Pertemuan Wajar
Ketua Harian DPP Partai Gerindra Dasco turur mengapresiasi pertemuan SBY dengan Presiden Jokowi. Dasco menyebut pertemuan antara pemimpin bangsa memberikan kesan yang positif.
"Ya soal pertemuan-pertemuan antara tokoh bangsa itu adalah hal biasa, tentunya kami mengapresiasi pertemuan-pertemuan yang terjadi," kata Dasco kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (3/10).
Dasco mengapresiasi pertemuan kedua tokoh itu di Istana Bogor. Menurutnya hal itu wajar, pihaknya tak dalam ranah mengomentari substansi pembicaraan.
"Itu kan tentang apa namanya presiden yang sedang menjabat dan presiden yang sebelumnya bertemu itulah menurut kami adalah hal yang patut diapresiasi," ujar Dasco.
"Mengenai apa yang dibicarakan tentunya Partai Gerindra tidak akan ikut mengomentari karena itu adalah menurut kami hal yang biasa dan wajar dilakukan oleh tokoh bangsa," katanya.
PAN Senang Jika Demokrat Masuk Kabinet
Desas desus reshuffle atau perombakan kabinet memang kembali mencuat di tengah pertemuan Jokowi dan SBY. Ketua Dewan Pakar PAN Dradjad Wibowo menerka Demokrat akan masuk kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Saya belum mendengar apakah Presiden Jokowi akan melakukan reshuffle segera. Jika Demokrat masuk koalisi pemerintah dan AHY menjadi menteri, hemat saya bagus. Ini adalah 'sesuatu banget' secara politis," kata Dradjad kepada wartawan, Selasa (3/10).
Dradjad menilai kans masuknya Demokrat ke kabinet menunjukkan dinamika hubungan Jokowi dengan dua presiden sebelumnya. Menurutnya, hal ini membutuhkan sejumlah pertimbangan.
"Karena, dia menjadi cerminan dinamika hubungan antara Presiden Jokowi dengan kedua pendahulu beliau, yaitu Ibu Presiden Megawati dan Bapak Presiden SBY," ujarnya.
"Karena 'sesuatu banget', hemat saya prosesnya akan perlu waktu yang cukup. Ada beberapa pertimbangan," imbuhnya.
Kaesang Belum Tahu Isi Pertemuan
Sementara itu, putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, mengaku belum mengetahui isi pembicaraan dalam pertemuan tersebut. Kaesang diketahui sedang menjalani safari politik.
"Saya tadi pagi itu ke PGI, abis itu saya syuting saya nggak ketemu Bapak," ujar Kaesang di kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Selasa (3/10).
Ketum PSI ini mengaku belum tahu soal pertemuan SBY dengan Jokowi. Kaesang bahkan mengungkap dirinya tidak memiliki grup keluarga di aplikasi perpesanan.
"Belum tahu saya (pertemuan Jokowi-SBY)," ujarnya.
"Nggak punya (grup) sedih beneran, sedih aku nggak punya grup keluarga," imbuhnya. (**/red)