breaking news Baru

Petani Cabai di Lampung Tengah 3 Kali Gagal Tanam Akibat Kekurangan Air

Lampung Tengah, buanainformasi.tv - Petani cabai di Lampung Tengah gagal tanam akibat kekurangan air.

Hal itu dialami para petani cabai di Kampung Bukit Baru, Kecamatan Anak Tuha, Lampung Tengah yang mengaku banyak kerugian diderita,

Yayan (32) selaku petani cabai merah di Kampung Bukit Baru, Kecamatan Anak Tuha, Lampung Tengah mengatakan dirinya beberapa kali sudah gagal tanam gara-gara air.

"Saya mencoba tanam cabai dari bulan Juli, September dan Oktober gagal tumbuh semua karena kesulitan air," katanya, Selasa (5/11/2024).

Padahal, kata Yayan, dia mengeluarkan modal bibit untuk sekali tanam sekitar Rp 3-4 juta.

Namun, usahanya gagal hingga tiga bulan dan modal tanamnya hangus atau merugi.

Dirinya mengaku, untuk menanam cabai membutuhkan air yang cukup, dalam artian tidak terlalu banyak dan tidak kekurangan air.

Yayan pun mengatakan 3 bulan terakhir kondisi cuaca tidak menentu, dan hujan pun tidak konsisten.

"Kami coba tanam di bulan September dan Oktober karena mengira akan datang musim hujan, namun cuacanya sering panas, dan kadang hanya gerimis," katanya.

Sebenarnya Yayan bisa memaksakan tanaman cabainya tumbuh, dengan mengusahakan air menggunakan pompanisasi.

Namun Yayan tidak memilih jalan tersebut karena akan mengeluarkan modal lebih banyak untuk bahan bakar pompa alkon.

Belum lagi Yayan harus mengeluarkan modal perawatan seperti pupuk dan obat anti hama untuk cabainya.

"Kalau saya paksakan budidaya dengan modal lebih banyak, saya yakin tidak akan untung karena saat panen seperti sekarang harga cabai lagi turun," kata Yayan.

Masih kata Yayan, untuk harga jual petani dan harga jual pasar berbeda.

Dia menyebutkan, selisih harga jual cabai di petani dan pedagang pasar berkisar Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu.

Otomatis, kata dia, jika harga cabai merah kriting di pasar saat ini Rp 20 ribu per kilogram, maka harga jual di petani hanya Rp 15 ribu atau bahkan Rp 10 ribu saja per kilogramnya.

Sedangkan, kata dia, selain modal bibit, modal pemeliharaan (semprot, pupuk, dan lainnya) dan modal pompanisasi air berkisar Rp 750 ribu sampai Rp 1 juta.

"Saya bisa tanam dengan lancar hingga bisa panen untuk balik modal saja sudah bersyukur," tutupnya.(**/red)