Nasional, Buana Informasi TV - Indonesia tengah berupaya memanfaatkan etanol sebagai campuran BBM. Salah satu produk yang telah memanfaatkan etanol yakni Pertamax Green 95.
Namun demikian, Indonesia butuh waktu untuk memanfaatkan etanol secara besar-besaran. Bahan baku masih menjadi tantangan untuk pengembangan etanol ini.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjelaskan, pengembangan etanol berbeda kondisinya dengan biodiesel. Dari sisi hulu, biodiesel memiliki pasokan yang cukup dari kelapa sawit.
Menurut Tutuka, pengembangan etanol tidak bisa secepat biodiesel. Sementara, jika menggunakan etanol impor akan berdampak pada biaya dan harga bahan bakar.
"Itu masih agak lama etanolnya karena pakai apa kita. Kalau biodiesel kita punya hulunya, kelapa sawit, tapi ini kan kita belum punya. Awal rantai pasoknya nggak punya di hulunya, jadi menurut saya tidak bisa cepat seperti biodiesel. Karena kalau impor pasti akan tambah biaya dan tinggi harganya," terangnya di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Senin (12/2/2024).
Dia mengatakan, pemanfaatan etanol untuk campuran bensin masih dalam skala yang tidak banyak. Dia mengatakan, untuk memanfaatkan etanol secara masif, bahan bakunya mesti berkelanjutan.
"Kalau secara teknis saya kira ada bukti, tapi masih dalam skala yang tidak banyak karena masih uji coba. Kalau komersialisasi secara masif, dari mana sumber etanolnya, sumber daya alamnya dari mana? Itu kunci utama kita, harus sustainable, harus berkelanjutan dan tidak mengganggu yang lain," katanya. (**/red)