breaking news Baru

Memanasnya Israel-Hamas Berpotensi Meningkatkan Risiko Geopolitik Di Pasar Keuangan

Nasional, Buana Informasi TV - Memanasnya Israel-Hamas disebut bisa berpotensi meningkatkan risiko geopolitik di pasar keuangan. Disebutkan hal ini membuat investor melakukan wait and see apakah konflik ini akan meluas ke negara laina tau membuat harga minyak dunia naik.
Memang dengan naiknya harga minyak bisa mempengaruhi perekonomian global. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan bahwa dia bersumpah akan 'menghancurkan Hamas' dan menyiapkan pasukan militernya untuk menjalankan operasi darat di jalur Gaza.

Pasar terlihat fluktuatif dalam seminggu terakhir di tengah kekhawatiran Wall Street akan bergabungnya negara lain dalam konflik tersebut, misalnya Iran. Meskipun, investor cenderung fokus pada tingkat suku bunga dan isu terkait dengan perekonomian Amerika Serikat (AS).

"Selama perang masih relatif terlokalisasi, investor AS akan mengawasi Timur Tengah namun fokus pada Federal Reserve," kata Paul Nolte, ahli strategi pasar Murphy & Sylvest di Elmhurst, Illinois, Senin (16/10/2023).

Minyak berjangka melonjak hampir 6% pada hari Jumat di tengah spekulasi meluasnya konflik tersebut. Peneliti senior di Program Keamanan Energi dan Perubahan Iklim di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) menilai bakal terjadi invasi besar-besaran ke Gaza yang memakan banyak korban jiwa.

"Kapan pun Anda menghadapi konflik sebesar ini, pasar akan bereaksi," ujarnya.

Chief Economist UniCredit menyebut tak tahu apakah pasar akan berada dalam kondisi baik atau tidak. Ini tergantung dari perkembangan perang di Timur Tengah.

"Hal ini hampir pasti bergantung pada apakah konflik ini masih bersifat lokal atau justru meningkat menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas," ujar dia.

S&P 500 (.SPX) turun 0,5% pada hari Jumat. Pembelian emas naik lebih dari 3% pada hari Jumat dan dolar AS menyentuh level tertinggi satu minggu. Konflik yang meluas berpotensi menaikkan inflasi hingga mengerek suku bunga. (**/red)