Lampung Tengah, buanainformasi.tv - Selama 28 tahun masyarakat Desa Transmigrasi UPT SP 3 Way Terusan tidak merasakan aliran listrik.
Wilayah yang saat ini masuk administrasi Kecamatan Bandar Mataram, Lampung Tengah, Lampung itu hingga saat ini belum ada aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara atau PLN.
Mislan selaku warga setempat mengatakan, semua masyarakat SP 3 Way Terusan mengandalkan tenaga surya untuk mencukupi kebutuhan listrik.
"28 tahun kami pindah ke sini, selama itulah kita tidak pernah merasakan aliran listrik dari pemerintah," katanya, Senin (4/11/2024).
Selain listrik, Mislan kadang merasa miris karena banyak anak-anak dan pelajar yang kesulitan menjangkau koneksi internet.
Padahal, kata dia, banyak informasi dan pengetahuan dari internet yang dibutuhkan pelajar dan masyarakat umum.
Selain itu, pelajar di sana pun kesulitan karena tidak bisa mengakses pendidikan secara online karena tidak ada menara telekomunikasi atau menara BTS (Base Transceiver Station).
Selain itu juga, perangkat elektronik seperti HP pun hanya bisa hidup jika saat cuaca panas saja.
"Kami merasa terisolir dan diabaikan pemerintah, padahal kami bisa berada di sini karena program pemerintah," ujarnya.
Mislan mengaku, masyarakat SP 3 Way Terusan mengandalkan panel surya atau solar cell untuk merasakan aliran listrik.
Dia mengatakan, panel tersebut mereka usahakan sendiri tanpa bantuan dari siapapun, termasuk pemerintah.
Padahal, Mislan dan seluruh masyarakat SP 3 Way Terusan bisa tinggal dan bermukim di lokasi tersebut dari program transmigrasi resmi pemerintah pada tahun 1997.
Namun pada pelaksanaannya, ada sebagian rumah dan bangunan warga yang ditempatkan di hutan konservasi register 47 Lampung Tengah.
Mislan pun mengaku dirinya dan masyarakat lain di SP 3 Way Terusan tidak pernah diperhatikan pemerintah.
"Gubernur Lampung sempat mau memindahkan kami keluar dari hutan register 47 karena diakui salah menempatkan lokasi pemukiman masyarakat SP 3 Way Terusan. Tapi sampai sekarang kami dibiarkan saja," ucapnya.
"Kami saat ini tinggal dan hidup di negara yang sudah merdeka, tapi di sisi lain kami di sini hidup dalam ketertinggalan, ketidakjelasan, dan dilupakan pemerintah," tutupnya.(**/red)