breaking news Baru

Serial Netflix "Gadis Kretek" Banjir Pujian Dan Ramai Diperbincangkan

Nasional, Buana Informasi TV - Serial Netflix Gadis Kretek yang dibintangi Dian Sastrowardoyo dan Ario Bayu banjir pujian dan ramai diperbincangkan netizen Indonesia. Serial yang dibintangi Dian Sastrowardoyo dan Ario Bayu ini diangkat dari novel karya Ratih Kumala berjudul sama.
Gadis Kretek mengisahkan cerita cinta dan penemuan jati diri seorang perajin rokok kretek berbakat yang menentang tradisi industri kretek di Indonesia tahun 1960-an. Lantas, bagaimana sejarah kretek dan industri rokok tanah air?

Tembakau yang diduga berasal dari Benua Amerika Selatan atau Amerika Utara ini dibawa masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17 oleh kolonial Barat. sejarah tanaman tembakau sebagai sektor industri perkebunan yang dikelola secara besar-besaran ialah buah kebijakan Pemerintah Belanda.

Tingginya nilai tembakau dalam perdagangan dunia saat itu, Gubernur Jenderal Van den Bosch mengeluarkan kebijakan kultur stelsel menempatkan tanaman tembakau sebagai salah satu komoditas yang harus ditanam.

Disebut "onderneming" yaitu perkebunan budidaya yang diusahakan secara besar-besaran dengan piranti teknologi modern. Pelaksanaan tanam paksa di Hindia Belanda itu dilaksanakan bersamaan dengan memuncaknya harga komoditas tembakau di Eropa.

Pada tahun 1869 Nienhuijs mendirikan Deli Maatschappij, sebuah perseroan terbatas pertama yang beroperasi di Hindia Belanda dengan kantor pusatnya di Rotterdam. Dari tahun ke tahun jumlah perkebunan tembakau terus bertambah. Tercatat, dari 1 onderneming tembakau di 1864, kemudian naik dan naik hingga mencapai puncaknya pada 1891 dengan onderneming tembakau berjumlah 169.

Demikian terkenalnya komoditas tembakau Indonesia di dunia, sejak 1959 Indonesia juga telah menjalin kerja sama perdagangan dengan pasar lelang tembakau Bremen di Jerman. Tembakau Indonesia khususnya dari Sumatera menjadi primadona penggemar cerutu di Eropa.

Kerjasama perdagangan melalui mekanisme lelang dimulai dengan pembentukan Tabak Börse, 1961. Dimulai sejak 1959 saat proses pelelangan tembakau hasil panen perkebunan di Indonesia harus dipindahkan dari Rotterdam, Belanda.

Hal lain menarik dicatat ialah munculnya prototipe industri nasional kretek. Bagaimanapun, kretek ialah produk khas dan asli Indonesia yang secara spesifik berbeda dari rokok pada umumnya.
Sementara itu, dikutip dari situs Bea Cukai, dalam catatan Thomas Stamford Raffles, disebutkan bahwa pada sekitar 1600, rokok telah menjadi kebutuhan hidup kaum pribumi Indonesia. Kini rokok telah berkembang dari kebutuhan lokal menjadi sebuah industri yang mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
Cukai rokok adalah salah satu penyumbang terbesar keuangan negara. Industri rokok turut menggerakkan roda ekonomi, menyediakan lapangan pekerjaan produksi hingga pemasaran, menghidupi petani tembakau, juga pengembangan sumber daya manusia melalui yayasan-yayasan di bawah perusahaan rokok modern.
Salah satu tokoh di balik industri rokok Indonesia adalah Nitisemito, yang kini namanya diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kota Kudus. Ia pernah menjalani berbagai profesi, salah satunya kusir dokar. Di situ dia juga nyambi berjualan tembakau.
Di sinilah awal Nitisemito merambah dunia usaha pembuatan rokok kretek. Dia menikahi seorang penjual rokok kretek, Nasilah, yang sebelumnya menjadi pembuat rokok kretek. Bersama istrinya itulah, dia mengembangkan usaha rokok kretek tersebut, yang kemudian menjadi industri yang sangat besar, hingga mempunyai 10 ribu karyawan.(**/red)