breaking news Baru

diam-diam sejumlah pihak dalam negeri tengah merancang kereta cepat made in Indonesia bernama Merah Putih

Nasional, Buana Informasi TV - Pemerintah terus menjajaki proyek pengembangan kereta cepat hingga Surabaya. Bersamaan dengan itu, diam-diam sejumlah pihak dalam negeri tengah merancang kereta cepat made in Indonesia bernama Merah Putih.
Senior Manager Humas dan Kantor Perwakilan PT INKA (Persero), Agung Dwi Cahyono, menuturkan proyek ini dikerjakan secara bersamaan oleh sejumlah instansi seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), serta INKA sendiri.

Dalam hal ini INKA = bertugas untuk merancang dan menyusun car body aluminium dan bogie kereta cepat. Sedangkan untuk BRIN, lembaga riset RI ini akan bertugas sebagai penguji teknologi.

"Kereta Cepat Merah Putih, sebenarnya dibalik itu kan kita (proyek ini) gabungan antara INKA Manufaktur, kemudian ITS yang sudah mendahului dengan dia dapat dana riset itu kan, satu lagi dari BRIN. BRIN itu dulunya kan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) itu ada tempat, alat, penguji dan penelitiannya itu nanti," jelas Agung, Selasa (10/10/2023).

"Di sisi lain kita (INKA) punya komitmen manufaktur, fungsinya adalah sebagai pembuat dari mulai petanya nanti adalah membuat car body-nya. Membuat car body mulai dari konstruksi aluminiumnya seperti apa. Kemudian bicara bogie, bogienya itu juga (model) baru karena dia penggunaan speed-nya yang sampai 200 km/jam minimalnya itu," tambahnya.

Sementara itu untuk ITS, UGM, dan ITB bertugas untuk melakukan riset dan perancangan dari segi aerodinamis hingga masalah penggerak Kereta Cepat Merah Putih Nantinya. "Nah sisi lain seperti ITS, kemudian ada UGM, ada ITB juga masuk, dia lagi neliti aerodinamis, neliti masalah penggeraknya seperti apa, nah sama-sama semua saling bekerja sama," ungkap Agung.

Lebih lanjut, Agung menjelaskan untuk tahun ini proses pengerjaan car body aluminium dan bogie yang ditugaskan kepada mereka masih dalam tahap perancangan. Rencananya mulai 2024 INKA sudah mulai membuat prototipe untuk diuji coba BRIN.

"Jadi targetnya tahun ini kita lagi on paper dulu, nah tahun depan saya sama tim teman-teman INKA ya itu fokus nanti kita akan mulai merancang itu, perlahan mungkin beli materialnya dulu, aluminium lah, dan sama steel-steel-nya bogie. Targetnya tahun depan memang, setelah selesai itu baru minta BRIN untuk diuji coba," katanya.

Setelah semua itu, direncanakan pihak INKA serta lembaga penggarap Kereta Cepat Merah Putih akan berkumpul kembali untuk mulai membuat prototipe kereta. Rencananya prototipe ini dapat meluncur pada 2026.

"Setelah selesai tahun depan, tahun 2026 nanti kita akan kumpul lagi. Yang bagian sistemnya, motornya seperti apa, kemudian dilanjut moncong yang dirancang ITS seperti apa, nanti ngumpul lagi bareng-bareng kita membuat untuknya kereta tadi," tutur Agung.

Terkait biaya yang diperlukan untuk mengembangkan Kereta Cepat Merah Putih, menurut sepengetahuan Agung proyek ini membutuhkan investasi Rp 3-4 miliar. Dana ini berasal dari bantuan dana riset LPDP serta instansi-instansi terkait lainnya, termasuk INKA.

"Investasinya Rp 3-4 miliar kalau nggak salah, setahu saya, tapi sebenarnya nggak gitu, bahwa sebenarnya kita (INKA dengan instansi lain yang bersangkutan) saling mewujudkan sharing dana lah. Mungkin dibantu sama (dana) penelitian LPDP, tapi prinsipnya nggak dikasih dana pun tetap jalan (mengembangkan kereta cepat) kita," kata Agung.

Meski begitu Agung tidak membantah bila dengan adanya bantuan dana serta sinergi dengan sejumlah instansi ini membuat pendanaan riset INKA menjadi lebih mudah. Sebab dana penelitian yang dimiliki perseroan memiliki keterbatasan dan pihaknya masih harus melakukan pengembangan di proyek lain.

"Memang ada, kalau kita dana riset ya ada, tapi nggak mungkin banyak. Ya bisa aja kita sesuaikan, tapi prinsipnya dengan adanya sinergi antara BRIN, INKA, LPDP-nya, dan ya siapa aja lah yang sharing, artinya kita jadi ringan kan dari pendanaannya," ungkapnya.

Baru-baru ini, Indonesia secara resmi menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan kereta cepat usai diluncurkannya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh. Lantas apa perbedaan kereta cepat made in Indonesia ini dengan kereta cepat Whoosh?

Agung mengatakan, perbedaan utama antara kereta cepat yang mau dibuat di dalam negeri dengan Whoosh adalah kecepatan saat melintas. Berbeda dengan Whoosh yang mampu melintas hingga 350 km/jam, Kereta Cepat Merah Putih nantinya dapat melaju maksimal 250 km/jam.

"Kalau yang sudah beroperasi kan Whoosh ya, Whoosh itu memang dia kan speed-nya sampai 350 km/jam. Nah dari program yang kita setting ini, kita paling bisa di atas 230 sampai 250 km/jam," jelas Agung.

Lebih lanjut ia menyampaikan rencana pengembangan Kereta Cepat Merah Putih merupakan lompatan teknologi yang sangat baik dalam industri perkeretaapian dalam negeri. Namun ia mengaku lompatan ini memang belum bisa menyamai kereta cepat Whoosh yang dirancang China.

Agung menjelaskan bila saat ini pihak DJKA (Ditjen Perkeretaapian) juga baru mengembangkan kereta biasa menjadi semi-cepat 180 km/jam. Peningkatan ini dilakukan mengingat sebagian besar perlintasan rel di Indonesia, termasuk Jakarta-Surabaya, masih memiliki lebar 1.067 milimeter.

Kondisi ini berbeda untuk kereta cepat minimal diperlukan perlintasan rel selebar 1.435 milimeter, sehingga menurut Agung pengembangan dari kereta bisa menuju kereta cepat 350 km/jam sangatlah tinggi karena baik dari segi teknologi hingga infrastruktur masih belum memadai.

"Nah itu, itu yang lompatannya terlalu tinggi bagi kami. Sekarang ini gini, program DJKA itu dipengaruhi rel yang sekarang ini (lebar 1.067) itu kan sudah bisa dilalui dengan speed-nya 120 km/jam. Kalau nanti mau dinaikkan jadi semi-cepat itu bisa sampai 180 km/jam, itu maksimum," ungkap Agung.

"Makanya antara rel dengan kereta semi-cepat kan yang diamanatkan ke depan sama pemerintah itu kan, itu murni hanya diubah di keretanya, tapi kalau bicara kereta cepat, harus diubah sarana dan prasarananya itu. Ya jangan lah, (membuat kereta cepat 350 km/jam sama seperti Whoosh) terlalu ketinggian itu. Lompatannya terlalu tinggi walaupun kita sih bisa, namun pertanyaannya 'ya dengan apa yang ada, apa yang bisa kita lakukan?' gitu," tambahnya.

Untuk perbedaan spesifikasi yang lain Agung belum bisa menjelaskan lebih lanjut karena kereta cepat ini dikembangkan bersama pihak lain yang rencana prototipenya baru meluncur pada 2026.

Menurutnya akan lebih baik bila seluruh pihak bekerja sama untuk melakukan pengembangan teknologi perkeretaapian dalam negeri secara bertahap. Dengan begitu seluruh sistem yang ada akan lebih siap dan memadai.

"Bertahap, yang 350 km/jam itu kan pakai terowongan. Makanya hambatan, kemudian halangan seperti orang-angin itu sudah nol (teratasi) kan, dihindari semua kan. Coba kalau sekarang ini yang ada, dari mulai Jakarta-Surabaya melalui banyak kota repot juga itu kan, banyak perlintasan juga kan itu," jelas Agung.

Karena berbagai faktor inilah Agung merasa mimpi Indonesia membuat kereta cepat sendiri yang paling nyata atau realistis baru sampai kecepatan 250 km/jam. Namun ia sendiri tidak menutup kemungkinan bila ke depannya teknologi kereta cepat ini akan terus ditingkatkan.

Namun Agung memastikan, dengan keberadaan Kereta Cepat Merah Putih ini waktu tempuh Jakarta-Surabaya akan semakin singkat. Dengan kecepatan rata-rata di atas 200 km/jam, waktu tempuh antara kedua kota ini diperkirakan hanya 3 jam 40 menit saja.

"Dikatakan kereta cepat itu pasti kan speed-nya di atas 200 km/jam, nah dengan asumsi jaraknya Jakarta-Surabaya itu 750 km, hasil tempuh paling ya 3 jam 40 menit," ungkapnya. (**/red)