Lampung Selatan, Buana Informasi TV - Dinas Kesehatan Pemkab Lampung Selatan mencatat adanya kenaikan kasus Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome ( HIV/AIDS).
Kenaikan kasus HIV/AIDS di Lampung Selatan itu terlihat dari tahun 2022 hingga 2023.
Tercatat sebanyak 113 kasus HIV/AIDS di Lampung Selatan pada tahun 2023, naik tiga kasus dari tahun sebelumnya 2022 yang hanya 110 kasus.
"Data orang dengan HIV/AIDS tahun 2022 sebanyak 110 kasus. Sedangkan, di tahun 2023 sebanyak 113 kasus," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Lampung Selatan Jamal, Minggu (14/1/2024).
Ditambahkan Jamal, kasus HIV/AIDS terbanyak pada Juni 2023, ada 30 kasus.
Jamal mengungkap dua jenis penularan HIV/AID dari darah dan dari seks bebas.
Ditambahkan Jamal, berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV.
"Penularan bisa terjadi jika berbagi pakai jarum suntik ketika menggunakan NAPZA atau saat membuat tato," sambungnya.
Penularan HIV/AIDS juga bisa dari transfusi darah, saat seseorang menerima donor darah dari penderita.
Kemungkinan terjadinya penularan ini cukup rendah. Karena sekarang ini pendonor darah harus melewati skrining HIV dan infeksi lainnya.
Gejala HIV dibeberkan Jamal, diantaranya mengalami flu ringan pada 2–6 minggu setelah terinfeksi HIV.
Flu bisa disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan selama 1–2 minggu.
Setelah flu membaik, gejala lain mungkin tidak akan terlihat selama bertahun-tahun meski virus HIV terus merusak kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium lanjut menjadi AIDS.
Kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui dirinya terinfeksi HIV setelah memeriksakan diri ke dokter. Itu sesudah terkena penyakit parah akibat melemahnya daya tahan tubuh.
Penyakit parah dimaksud antara lain diare kronis, pneumonia, penurunan berat badan secara drastis (cachexia), atau toksoplasmosis otak.
Jamal menyebut meningkatnya jumlah kasus HIV di Lampung Selatan diduga karen seks bebas.
"Dari data yang kami terima 80 persen kasus HIV di Lampung Selatan karena seks bebas. Diantaranya karena hubungan intim sesama jenis," katanya.
"Selain itu, bergonta ganti pasangan juga menjadi faktor penyebab lainnya," sambungnya.
Menurut Jamal, tidak ada hubungan maraknya tempat hiburan malam di Lampung Selatan dengan meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS.
Dia malah lebih khawatir dengan tempat-tempat hiburan khusus, yang tidak banyak orang mengetahuinya.
Karena lebih sulit untuk dikontrol. Namun, jika tempat tersebut banyak diketahui orang, pihaknya lebih dapat mengontrol dan memberikan saran pengobatan.
Jamal menuturkan Dinas Kesehatan kini melakukan upaya promotif secara komprehensif.
Lalu, kata Jamal, mencegah terjadinya penularan HIV pada wanita reproduksi.
"Menghindari prilaku seksual berisiko seperti berganti pasangan," katanya.
Kemudian, mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita dengan HIV.
Yakni dengan cara memberikan konseling pada wanita HIV untuk ikut KB dengan menggunakan metode kontrasepsi dan cara yang tepat.
Selanjutnya mencegah terjadinya penularan dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya.
Disamping memberikan dukungan psikologi, sosial dan perawatan kesehatan kepada ibu hamil yang positif beserta bayi dan keluarganya.
"Ibu dengan HIV membutuhkan dukungan psikologi sosial dan perawatan sepanjang waktu," katanya.
Hal ini, terutama karena ibu dengan HIV akan menghadapi masalah stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap penderita HIV.
Serta upaya preventif, melakukan skrining terhadap ibu hamil dan masyarakat yang berisiko, laki-laki seks dengan laki-laki, wanita pekerja seks, pengguna Napza suntik dan penderita TBC. (**/red)