breaking news Baru

Hamas Dan Fatah Telah Sepakat Untuk Bertemu Di China Dalam Upaya Rekonsiliasi

Nasional, buanainformasi.tv - Para pejabat senior dari kelompok-kelompok Palestina yang berseteru, Hamas dan Fatah telah sepakat untuk bertemu di Beijing, China bulan ini dalam upaya baru untuk rekonsiliasi.

Delegasi Hamas akan dipimpin oleh ketua politik Hamas yang berbasis di Qatar, Ismail Haniyeh. Sedangkan perwakilan Fatah akan dipimpin oleh wakil ketua Mahmoud Alul, kata sumber Fatah, dilansir Al Arabiya, Selasa (16/7/2024).

Kedua kelompok ini telah menjadi rival sengit sejak para anggota Hamas mengusir Fatah dari Jalur Gaza setelah bentrokan mematikan menyusul kemenangan gemilang Hamas dalam pemilu tahun 2006.

Setelah menguasai Gaza pada tahun 2007, gerakan Hamas terus menguasai wilayah tersebut.

Gerakan sekuler Fatah mengendalikan Otoritas Palestina yang memiliki sebagian kendali administratif di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Beberapa upaya rekonsiliasi telah gagal. Namun, seruan rekonsiliasi meningkat sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang memicu perang di Gaza, dengan kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, tempat Fatah bermarkas.

China telah menjadi tuan rumah bagi pertemuan Fatah dan Hamas pada bulan April lalu. Namun, pertemuan kedua pihak yang dijadwalkan pada bulan Juni telah ditunda.

Para perwakilan kelompok tersebut akan bertemu dengan para pejabat China di Beijing pada tanggal 20 dan 21 Juli mendatang, menurut wakil sekretaris jenderal komite pusat Fatah Sabri Saidam.

Sebelum itu, pertemuan kedua kelompok juga bisa dilakukan, tambahnya.

Tujuannya, kata Saidam, "adalah mengakhiri perpecahan dengan komitmen terhadap perjanjian masa lalu dan menyepakati hubungan antar kelompok-kelompok Palestina tersebut pada tahap berikutnya."

Anggota eksekutif Fatah lainnya juga mengatakan bahwa pertemuan gabungan Fatah-Hamas dapat diadakan di Beijing sebelum agenda resmi dimulai.

Pemerintah China telah memposisikan dirinya sebagai aktor yang lebih netral dalam konflik Israel-Palestina dibandingkan saingannya Amerika Serikat. China telah menganjurkan solusi dua negara sambil juga tetap menjaga hubungan baik dengan Israel. (**/red)